Minggu, 12 Oktober 2014

KEMBALIKAN INDONESIA KEPADA INDONESIA (SUKABUMI)



Cicurug dahulu. Tempat dimana air sebagai karunia Tuhan, dimana air sumber kehidupan, dimana air milik Indonesia, dimana air melimpah ruah, dimana air tidak ada harganya, dimana air tidak diperjual belikan, dimana air adalah surga, dimana air adalah segalanya. Pagi hari warga desa keluar rumah dengan membawa sebilah bambu, lalu mereka hunuskan ke dinding tebing, dan air pun keluar untuk dijadikan air wudhu. Siang hari seorang ibu membawa panci kosong menuju dinding tebing dan ditaruhnya panci tersebut dibawah bilah bambu, air pun keluar dan akan ibu masak untuk kebutuhan keluarganya. Malam hari seorang ayah pulang ke rumah dan menuju ke dinding tebing untuk mandi demi meluruhkan peluh yang ada ditubuhnya setelah seharian bekerja untuk keluarga.
Cicurug sekarang. Tempat dimana air sumber rupiah, dimana air milik Perancis, dimana air telah mengering, dimana air tinggi harganya, dimana air diperjual belikan, dimana air barang yang langka, dimana air? Dimana air? Pagi hari warga desa menampung air keruh yang keluar dari keran untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Siang hari seorang ibu duduk di depan rumah menunggu penjual air lewat di depan rumahnya untuk membeli 1 drum air. Malam hari sang ayah pulang hanya melihat air yang keruh untuk berwudhu walaupun besar keinginannya untuk membersihkan seluruh tubuhnya.

Apa daya kita Indonesia? Melihat rupiah yang dibawa orang asing seakan menjadi barang yang sangat langka sehingga ingin sekali kita memilikinya dengan memberikan segalanya yang kita punya.

Parungkuda dahulu. Tempat dimana warga dapat berkumpul, di suatu arena, pacuan kuda. Tempat dimana warga desa setiap hari dapat mengurus, menyayangi, dan menyaksikan kuda terbaiknya bertanding. Tempat dimana warga dapat berpergian kemanapun dengan menunggangi kuda miliknya. Tempat dimana kuda menjadi teman terbaik para warga.
Parungkuda sekarang. Tempat dimana warga dapat berkumpul di suatu garment. Tempat dimana warga Indonesia diperbudak oleh Korea. Tempat dimana pendidikan tidak ada harganya. Tempat dimana ribuan motor keluar dari garment disaat jam kerja selesai. Tempat dimana kemacetan menjadi suatu hal yang tidak asing disana.

Apa daya kita Indonesia? Melihat rupiah yang dibawa orang asing seakan menjadi barang yang sangat langka sehingga ingin sekali kita memilikinya dengan memberikan segalanya yang kita punya.

2 daerah tersebut hanya sebagai contoh dimana Indonesia kembali dijajah secara perlahan oleh bangsa asing, bukan kerjasama yang dibicarakan tetapi penjajahan yang dimaksud. Indonesia bangsa yang sangat kaya dimana sumber daya alam melimpah dan sumber daya manusia sangat berkualitas. Apakah hanya tangan-tangan asing yang dapat mengolahnya? Apakah tangan kita sangat lemah sehingga kita tidak bisa mengolah kekayaan kita sendiri?

Wahai kaum terpelajar Indonesia, KEMBALIKAN INDONESIA KEPADA INDONESIA

Sumber : Realitas yang dialami sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar